Hari ini saya dan istri akan berangkat jalan-jalan ke Laos. Jalan-jalan ini untuk memenuhi niat saya mengunjungi semua negara ASEAN. Dulu setahu saya ada 10 negara di ASEAN, yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Vietnam, Thailand, Kamboja, Myanmar, Filipina, dan Laos, until Pak Gatot told me that there are actually 11 ASEAN countries now. Tentu saja beliau lebih tahu perkembangan karena beliau Direktur SEAMEO. Haah…! Jadi ternyata sekarang ada 11 negara ASEAN dan bukan 10 lagi.
Tidak apa-apa. Itu artinya saya harus mendatangi negara ke 11 ini setelah ini. Tahukah Anda apa negara ke 11 dari Perkumpulan Negara Asia Tenggara tersebut?
Dari ke 10 negara ASEAN (yang saya kira tersebut) tinggal Laos yang belum saya datangi. Jadi mumpung badan masih sehat, uang masih ada, waktu selalu longgar, istri masih cantik, (eh! gak ada hubungannya ding!) maka saya upayakan untuk jalan-jalan ke Laos. Kebetulan kemarin saya ada undangan untuk mengisi acara di Perpustakaan Kemendikbud Jakarta dari Yayasan Cahaya Guru. Jadi kami putuskan untuk bablas ke Bangkok sekalian hari ini. Dan dari Bangkok besok baru kami ke Vientiane, Laos. Selain ke Vientiane kami rencanakan untuk ke Luang Prabang juga karena katanya justru Luang Prabanglah yang most visited place in Laos. Rugi kalau gak sekalian ke sana. Ya hayuklah…!
Sebetulnya saya tidak berniat untuk menginap di Bangkok dan mau langsung saja ke Vientiane naik bis malam. Jadi dari bandara kami akan ke stasiun bis untuk lanjut ke Vientiane. Saya sudah browsing dan rencanakan itinerarynya dengan rapi. Tapi ternyata kami datang bertepatan dengan waktu liburan Songkran, lebarannya orang Thailand, dan mereka memborong semua tiket bis (begitu katanya) . Lha kok kayak musim mudik lebaran saja di mana semua tiket diborong habis oleh mudikers. Jadi terpaksa saya harus naik pesawat ke Vientiane dan untuk itu kami harus menunggu hari berikutnya. Kami akan tiba di Bangkok sore hari dan tidak ada lagi penerbangan ke Vientiane sore itu. Kami harus menginap semalam (saya putuskan menginap dekat bandara Don Mueang saja) dan besoknya baru naik pesawat lagi ke Vientiane.
Niat saya untuk ngirit dalam perjalanan ini jadi berantakan karena banyak perubahan rencana. Saya memang merencanakan untuk naik bis dari Bangkok ke Vientiane, dari Vientiane ke Luang Prabang, dan dari Luang Prabang balik ke Bangkok. Toh kami sudah mencobanya ketika di Myanmar kapan hari dan kami enjoy saja. Jadi dari Bangkok saya akan lanjut naik bis malam ke Vientiane. Tapi dengan sulitnya tiket bis ini maka semua perjalanan tampaknya harus dengan pesawat. Mana tiket pesawat lokal Laos itu mahalnya bikin jengkel. Harganya selalu premium kayak naik Garuda atau Malaysia Airlines begitulah. Padahal untuk bepergian ke luar negeri seperti ini klas saya adalah AirAsia, Jet Star atau Scoot yang satu level dengan Lion Air sebagai low cost carrier flights. Tapi untunglah ada yang membiayai perjalanan saya ini sehingga saya tutup mata saja. The show must go on and the mission must be accomplished. Di mana ada kemauan disitu ada jalan. Jer Basuki Mawa Bea. Kidungmu lebih cantik dari kondeku, etc… etc.
Yang bisa saya bayar pakai kartu kredit ya pakai kartu kredit dan yang harus cash ya saya bayar nanti. Dua hari yang lalu saya sudah tukar USD dan Baht di Sumber Aman (nama money changernya). Saya kaget bahwa USD sekarang Rp. 13.825,- dan Baht Rp. 450,- ! Gilak…! Rupiah kok semakin ndlosor saja sih?
Tapi, as I said, ada yang bersedia membiayai perjalanan saya ini jadi ya saya tutup mata dan tutup cangkem gak jadi misuh.
Jadi demikianlah laporan awal perjalanan kami ke Laos kali ini. Hari ini kami akan terbang ke Bangkok dengan AirAsia dan akan tiba di Don Mueang Airport pada jam 16:30. Kami akan menginap di Hotel 48 Ville Don Mueang Airport semalam dan besok siang jam 12:05 kami lanjut ke Vientiane.